Sabtu, April 05, 2014

IBUKOTA PROPINSI YANG SEPI - TANJUNG PINANG - KEPRI



Tanggal 30 (Hari Minggu) dan tanggal 31 Maret 2014 (Tahun Baru Saka – Nyepi), kantor kami libur. Saya tetap di Batam, tidak bisa pulang ke Jakarta untuk kumpul dengan keluarga, karena keesokkan harinya, tanggal 01 sampai 03 April 2014 ada Training Internal QHSE Audit di kantor kami.
Untuk mengatasi kekosongan liburan 2 hari ini, maka saya putuskan untuk jalan-jalan menyeberang ke Tanjung Pinang (Ibukota Propinsi Kepulauan Riau) sendirian. Dan sekalian mengunjungi Pulau penyengat. Saya tertarik mengunjungi Pulau Penyengat karena mendengar cerita dari teman-teman yang asli penduduk Batam, serta semakin tertarik setelah membaca “Wikipedia”
Menurut Wikipedia,” Pulau Penyengat atau Pulau Penyengat Inderasakti dalam sebutan sumber-sumber sejarah, adalah sebuah Pulau kecil yang berjarak kurang lebih 3 km dari Kota Tanjungpinang, pusat pemerintahan Provinsi Kepulauan Riau. Pulau ini berukuran kurang lebih 2.500 meter x 750 meter, dan berjarak lebih kurang 35 km dari Pulau Batam. Pulau ini dapat dituju dengan menggunakan perahu bot atau lebih dikenal bot pompong. Dengan menggunakan bot pompong, memerlukan waktu tempuh kurang lebih 15 menit.
Pulau Penyengat merupakan salah satu obyek wisata di Kepulauan Riau. Salah satu objek yang bisa kita liat adalah Masjid Raya Sultan Riau yang terbuat dari putih telur, makam-makam para raja, makam dari pahlawan nasional Raja Ali Haji, kompleks Istana Kantor dan benteng pertahanan di Bukit Kursi. Pulau penyengat dan komplek istana di Pulau Penyengat telah dicalonkan ke UNESCO untuk dijadikan salah satu Situs Warisan Dunia.”
Masih menurut Wikipedia, “Pada abad ke-18, Raja Haji membangun sebuah benteng di Pulau Penyengat, benteng tersebut tepatnya berada di Bukit Kursi, disana ditempatkan beberapa meriam sebagai basis pertahanan Bintan Ia menguasai wilayah istrinya Raja Hamidah tahun 1804. Anaknya kemudian memerintah seluruh kepulauan Riau dari Pulau Penyengat. Sementara itu, saudara laki-lakinya memerintah di Pulau Lingga di sebelah selatan dan mendirikan Kesultanan Lingga-Riau.”



Setelah membaca Wikipedia, saya semakin tertarik untuk mengunjungi obyek wisata tersebut. Sehingga hari sabtu, tanggal 29/03/2014, saya putuskan untuk booking Hotel di Aston Tanjung Pinang untuk tanggal 30-31 Maret 2014.
Tanggal 30/03/2014 pagi, diantar oleh teman, saya menuju Pelabuhan Punggur. Membeli tiket penyeberangan sebesar Rp. 55,000 per-orang ditambah membayar pas sebesar Rp. 5,000 per-orang. Dengan kapal ferry Marina-5, dengan kapasitas sekitar 150 penumpang, saya berangkat ke Tanjung Pinang. Di Ferry penumpang cukup padat, karena selain hari Minggu juga karena ada 1 hari libur nasional (Tahun Baru Saka – Nyepi). Butuh waktu sekitar +/- 55 Menit, saya mendarat di Pelabuhan Tanjung Pinang. Lalu setelah bertanya, saya putuskan untuk langsung menyebrang ke Pulau penyengat, yang pelabuhan tradisional bersebelahan dengan Pelabuhan Tanjung Pinang. Dengan ongkos sebesar Rp. 6,000 per-orang, saya naik perahu pompon untuk menyeberang ke Pulau tersebut.



 Setelah sampai, saya mencari ojek sepeda motor dengan kursi di samping, untuk membantu saya sebagai guide (Pemandu Wisata) untuk berkeliling di Pulau tersebut dengan biaya Rp. 30,000 sekali keliling.

Sangat disayangkan, Pulau yang sebagai Situs Warisan Budaya Dunia tersebut, terkesan sangat kumuh dan kotor. Banyak sampah di laut sepanjang perjalanan dari Pulau Tanjung Pinang ke Pulau Penyengat. Saya cukup kecewa melihat nya……….. Saya berharap Pemerintah Daerah bisa menertibkan dan merapikan nya, dengan memasang plang-plang, atau spanduk larangan membuang sampah sembarangan, serta menyediakan fasilitas untuk tempat-tempat membuang sampah sebanyak mungkin. Karena siapa lagi yang bisa menjaga kebersihannya selain oleh kita-kita juga, sebagai anak Bangsa.





Setelah puas di pulau penyengat, saya kembali ke Pulau Tanjung Pinang dan check-in di Hotel Aston Tanjung Pinang, yang ternyata jaraknya cukup jauh dari Pelabuhan. Kesan saya terhadap Ibukota Propinsi Kepulauan Riau ini, adalah jauh dari keramaian, bahkan terkesan sangat sepi. Jauh lebih ramai di kota Batam…..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar