Senin, November 03, 2014

3 - MOTOGP SEPANG 2014 - RACE DAY - APA KABAR SENTUL CIRCUIT DI INDONESIA ???

Sesuai dengan janji, ke-esok-an harinya, hari minggu tanggal 26 October 2014, kami akan dijemput pukul 06.00 pagi waktu Malaysia, atau pukul 05.00 Pagi waktu Indonesia. Sementara pukul 02.00 saya belum bisa tertidur.... karena sambil menonton pertandingan liga spanyol antara Real Madrid vs Barcelona.
Benar saja, pukul 06.00 pagi, saya di telp berkali-kali, tidak bangun, akhir nya di telp ke kamar hotel, baru terbangun. Saya segera mandi dan siap-siap untuk nonton. Pukul 06.20, saya turun dari lantai 8 Hotel, kamar saya menginap di lantai 8.

Tiket masuk & Gift MotoGP 2014

Ternyata teman-teman dan Client sudah menunggu dengan kendaraan nya.... hahahahahaha... sorry guys..
Tanpa sarapan, kami meluncur langsung ke Sepang Circuit, +/- 30 menit kami sampai di Sepang, dan sesuai rencana kami u-turn dan parkir di SPBU di seberang sirkuit, agara pulangnya tidak terkena macet yang sangat panjang. Belajar dari tahun lalu, dimana kami tidak bisa keluar dari parkiran sekitar 2 jam.
Suasana di parkiran SPBU juga sudah penuh dengan penonton yang berpikiran sama dengan kami, khawatir kena macet saat pulangnya.

Suasana Sepang Circuit di Pagi hari, sebentar lagi parkiran ini akan penuh oleh Bis-Bis

Kami sarapan di SPBU, lalu kami jalan kaki menuju Sepang Circuit. cukup jauh jalan kakinya, karena memang resiko yang harus kami ambil. Sampai di pintu masuk, sudah sangat banyak orang-orang yang datang, dengan harapan mendapatkan tempat duduk yang strategis.
Warming up dan Race akan dilaksanakan pada siang hari, tetapi pagi hari, suasana sirkuit Sepang layaknya sdh ada lomba, sudah penuh, padahal race akan dilakukan pada pukul 13.00....... sementara saat ini masih pukul 07.00 pagi

Suasana pintu masuk Sepang Circuit di pagi hari

Setelah membeli makanan, minuman botol dan tidak lupa Hot Cappucino, kami mendatangi tempat favorit kami untuk menonton. ternyata, benar dugaan kami, tempatnya sudah penuh diduduki oleh orang-orang asing, mungkin dari Eropa atau entah dari mana. Akhirnya kami mendapatkan tempat sebanyak 6 kursi, 2 untuk tempat makanan & minuman, 4 untuk duduk kami.
Suasana lomba, seperti biasa, cukup menegangkan dan dramatis, penuh adrenalin dan adu kecepatan dan adu nyali.

 Berpose dengan Umbrella Girls dari Team Yamaha

Kami makan siang, istirahat, cari makan dan lain-lain, harus gantian, agar tempat duduk kami tetap aman, tidak diambil orang lain. karena semakin siang, semakin banyak orang yang datang untuk menonton.
Setelah Moto3 dan Moto2, pada pukul 16.00 Race MotoGP dilaksanakan, dan selesai sekitar pukul 17.00. Kami langsung pulang, tanpa menonton juara naik podium, karena pasti sulit untuk pulang nya. Suasana perjalanan pulang dari tempat duduk di tribun, sampai keluar ke kendaraan, penuh dengan kerumunan orang, ratusan ribu orang serempak pulang, terbayangkan padatnya jalanan..... tetapi itulah hebatnya, mereka begitu tertib antri, tertib berjalan....

Saya dengan teman-teman menonton di Tribun

Sesampai di Hotel, sekitar pukul 18.30 lalu kami siap-siap untuk Dinner dengan BigBoss Client, yang akan menjamu kami. untuk kembali diskusi mengenai opportunity dan prospektif project di tahun 2015.
Pukul 23.00 kami kembali ke Hotel, diantar oleh Client. Many thank Pak Clifton dan pak Zamrin.
Kami istirahat untuk kemudian ke-esok-an hari nya, hari Senin tanggal 27 October 2014, kami harus ke bandara Subang dan kembali ke Batam dengan pesawat Malindo Air.
Seperti tahun lalu, kembali menggelitik pertanyaan dalam hati, dengan Event yang akbar seperti ini, disaksikan oleh Jutaan bahkan Milyaran orang diseluruh dunia, kapan Bangsa kita, kapan Negara kita, Indonesia bisa menyelenggarakan ???? Apa kabar Sirkuit Sentul ???

Sabtu, November 01, 2014

2 - MOTOGP SEPANG 2014 - FREE PRACTICE - QUALIFICATION

Hari sabtu tanggal 25 October 2014, bertepatan dengan Tahun Baru Islam 1436 H. Kami sarapan pagi di Hotel Grand Summit - Subang Jaya. Sesuai dengan janji, kami akan dijemput oleh Client pada pukul 09.00 waktu Malaysia.
Sambil menunggu jemputan, kami diskusi di Resto Hotel, lalu di sebelah meja kami, ada warga Negara Malaysia yang sedang diskusi juga. Dan tiba-tiba mereka bertanya pada saya, entah mengapa, mereka tertarik pada saya, khususnya salah seorang yang bergelar Datuk.


Tepat pukul 09.00, Client menjemput kami, dan kami pamit pada teman baru di Resto, untuk segera meluncur ke Sepang. Perjalanan menuju ke Sepang Circuit membutuhkan waktu sekitar 30 menit, arah menuju KLIA. Selama di Hotel pagi ini, banyak warga Negara Cina, Thailand dan lain-lain, yang juga mau menonton MotoGP, mereka rombongan dengan menggunakan Motor - motor Besar. Layaknya pembalap. Nampaknya mereka adalah komunitas penggemar MOGE (Motor Gede). Di Malaysia, highway - jalan tol diperbolehkan dimasuki oleh Motor, sehingga mereka sengaja datang dengan Motor nya dan semua perlengkapannya, layaknya Pembalap.
Suasana di Sepang Circuit sudah sangat penuh dan ramai, kami kesulitan mendapatkan parkir, kami mendapatkan parkir jauh dari pintu masuk, di perkebunan sawit, sehingga kami harus berjalan kami sekitar 4 kilometer...... Banyak keluarga muda yang membawa bayi dan anak-anak nya yang masih kecil. Sangat disayangkan, karena dengan suasana dan cuaca yang sangat panas, tidak layak untuk anak-anak apalagi untuk bayi.


Seperti tahun lalu, kami duduk di arena yang nyaman, dengan layar lebar didepan, sehingga jika para pembalap MotoGP tidak ada didepan kita, kami masih bisa melihat aksi mereka via Layar lebar.
Jika ingin menonton dengan nyaman, lebih nyaman di rumah di depan televisi, karena salah satu TV swasta Indonesia menyiarkan nya secara Live, tetapi jika ingin mendapatkan suasana balapan, maka nonton live adalah hal yang menyenangkan. Hari ini digelar free practice Moto-3, Moto-2 dan MotoGP. Sore harinya digelar Qualification.
Sore hari, pukul 16.00 kami pulang, sambil merencanakan untuk ke-esok-an harinya harus berangkat lebih pagi, agar mendapatkan parkir arah pulang, jadi kami harus U-turn, parkir di depan SPBU Petronas, agara bisa langsung pulang begitu Race selesai.
Kami pulang, sebelum sampai hotel, kami makan malam dahulu di Grand Summit Mall. Setelah Client pulang, kami kembali ke Hotel. Ternyata, kami sudah ditunggu oleh Datuk yang tadi pagi bicara, dengan pengawalnya, dia mengajak saya diskusi tentang banyak hal, salah satunya adalah keinginan dia untuk investasi di bidang Properti & Oil-Gas Services di Indonesia....... cukup lama kami berbincang, dan pukul 01.00 saya pamit,karena dengan alasan ke-esok-an harinya, pukul 06.00 kami sudah harus siap, dan dijemput oleh Client.
Bersambung..... saya mau kerja dahulu, Nanti saya lanjutkan kembali, okay......

Senin, Oktober 27, 2014

1 - MOTOGP SEPANG 2014 - MEETING DENGAN CLIENT - FREE PRACTICE

Untuk ke-dua kalinya, kami menonton MotoGP di Sepang, Malaysia. Jauh jauh hari kami memang sudah di informasikan oleh Client untuk diminta datang ke Malaysia, untuk menonton bersama. dan kami sudah merencanakan untuk berangkat tanggal 24 - 27 Oktober 2014. ( MotoGP tahun lalu http://topy-malyanto.blogspot.com/2013/12/motogp-sepang-malaysia-2013-tanggal-11.html/ )
Tanggal 24 Oktober 2014 (hari Jum'at0, saya beserta dengan teman kantor di Batam, ber-tiga, berangkat ke Subang Jaya dengan menggunakan Malindo-Air. Ini penerbangan pertama kali saya dengan Malindo-Air. Biasanya kami menggunakan FireFly jika ingin ke Shah alam.
Pukul 10.00 kami sudah meluncur ke Bandara Hang-Nadim, untuk penerbangan pukul 11.40 Wib. Setelah Check-In dan melalui Imigrasi, akhirnya kami terbang ke Malaysia dan mendarat di Bandara Subang Jaya, pada pukul 14.20 Waktu Malaysia. Dan kami sudah dijemput oelh Client kami.

  Tiket untuk Free Practice, Qualification dan Race

Setelah mengurus Imigrasi dan lain-lain, kami makan siang di Bandara tersebut. (Satu hal yang membuat saya sangat terkejut adalah, semua sudah dipersiapkan oleh Client, mulai dari Makan, lalu Hotel, Kendaraan, kemudian tiket mulai dari Free Practice, Qualification sampai dengan Race day, sudah disiapkan).
Selesai makan siang, kemudian kami langsung menuju Kantor Client untuk Meeting sekaligus Review Project fdan membahas opportunity dan Prospektif Project tahun 2015, dan bertemu dengan owner dari Perusahaan tersebut, yang sudah cukup lama kami kenal.
Pukul 18.30 Waktu Malaysia, kami baru selesai. lalu kami makan malam, dan langsung Check-In di Hotel Grand Summit - USJ. Kami sudah beberapa kali menginap di Hotel ini, hotel ini lumayan nyaman, karena connecting dengan Mall Summit.

Bersama Client di Malaysia
 Bersambung..... Nanti saya lanjutkan, karena saya harus menyelesaikan pekerjaan yang banyak tertunda....

Kamis, Oktober 23, 2014

PERNIKAHAN KEPONAKAN DI TMII - ANUGRAH & WULAN

Karena tanggal 18 Oktober 2014, ada keponakan saya yang akan menikah, maka saya putuskan untuk ke Jakarta pada tanggal 16 sampai dengan tanggal 20 Oktober 2014. Sudah dua orang keponakan dari fihak istri, maupun dari fihak keluarga saya, saya tidak bisa menghadiri pernikahannya, karena kesibukkan tugas.


Tetapi kedepannya, saya akan selalu untuk menyempatkan hadir, jika ada pernikahan dari keponakan saya ataupun dari fihak keluarga Istri saya. Karena jika memikirkan pekerjaan, tidak akan pernah ada habisnya.... hehehehe....
Karena keponakan dari fihak keluarga saya adalah yang laki-laki, maka tugas kami selaku keluarga, relatif tidak seberat apabila di fihak pengantin wanita. karena memang pada umumnya, pelaksanaan pernikahan selalu dari fihak wanita, termasuk untuk ke-panitia-an nya dan ini kebiasaan keluarga & adat Jawa.
Alhamdulillah, acara pelaksanaan nya berjalan dengan baik dan lancar.
Selamat menempuh hidup baru Mas Dwi & Mbak Reni, moga bahagia dan rukun selalu sampai kakek-ninen.....

Jumat, Oktober 10, 2014

PRESENTASI UAV dan Auto-UT di CPI DURI

Kami sudah sepakat dengan partner kami dari UK & Malaysia untuk melakukan presentasi di CPI Duri pada tanggal 09 October 2014. Dan kami sudah mendapat konfirmasi juga dari fihak CPI atas presentasi tersebut.
Kami merencanakan perjalanan ke Pekanbaru dari Batam pada tanggal 08 October2014 dan tanggal 10 October 2014, kami kembali ke Batam, dan Partner kami juga kembali ke UK via Kuala Lumpur.
Tanggal 08 October 2014, hari Rabu, berdasarkan schedule dan tiket pesawat CitiLink, saya berangkat pukul 13.40 wib dengan ETA pada pukul 14.30 wib. Tetapi, dasar apes, pesawat delay dan baru bisa berangkat pada pukul 15.40 wib, tanpa kompensasi apapun. Ketika akan mendarat di Pekanbaru pun, kami mendapat informasi dari cockpit, bahwa belum diijinkan mendarat, sehingga berputar diudara sebanyak 2 kali.


Setelah mendarat pada pukul 16.30 wib, saya sudah dijemput oleh driver untuk segera menuju ke Duri.
Seperti tahun-tahun yang lalu, perjalanan Pekanbaru ke Duri membutuhkan waktu 6 jam perjalanan darat, karena perbaikan jalan masih juga belum selesai.
Pada pukul 22.00 wib, kami sampai di Duri, lalu kemudian kami Check-in di hotel Grand Zuri. untuk kemudian diskusi dengan partner kami untuk meeting presentasi ke-esok-kan harinya.
Tanggal 09 October 2014, hari Kamis, selesai sarapan bersama, kami check-out dari hotel dan kami meluncur ke CPI di Teladan. Kemudian kami presentasi untuk UAV dan Auto-UT. Dengan hasil Alhamdulillah baik, dan mereka menyambut baik technologi yang kita tawarkan. Lalu kemudian kami makan siang di Hotel surya.
Sesuai janji, selesai makan, kami meninjau flare tip yang ada di HO.


Kemudian sekitar pukul 15.00 wib, kami langsung melanjutkan perjalanan ke kembali ke Pekanbaru. dan sampai di pekanbaru pada pukul 19.00 wib, Alhamdulillah lebih cepat dari perjalanan ke Duri. Lalu kami langsung check-in di Hotel Jatra. sengaja kami memilih hotel ini karena connecting dengan Mall. malam nya kami makan di salah satu resto Amerika bersama Partner kami.
Tanggal 10 October 2014, hari Jum'at, selesai sarapan di Hotel, partner kami harus segera ke Bandara, karena pesawat AirAsia ke KL pada pukul 11.05 wib. jika penerbangan luar negeri memang harus lebih awal, agar tidak terlambat. lalu pada pukul 10.30 wib, setelah check-out dari hotel Jatra,kami menuju bandara untuk kembali ke Batam dengan pesawat CitiLink.
Lagi-lagi CitiLink delay sekitar 45 menit........ Jika tahu delay, kami pasti akan sholat jum'at terlebih dahulu..... Ya Allah maafkan hambaMU tidak shoalt Jum'at. Dan terima kasih atas kemudahan dan rejeki yang ENGKAU berikan serta nikmat sehatMU... Amiiinnn YRA

Senin, Oktober 06, 2014

EXERCISE - GOWES DULU AAAAHHHH.....

Karena dikompori oleh teman dari Jakarta, agar saya beli sepeda untuk olahraga, awalnya saya cukup malas. Dan saya diajak untuk melihat-lihat sepeda di salah satu toko Sepeda yang terkenal di Batam, di kawasan Mega Legenda - Batam Centre.
Dengan malas, saya menemaninya lihat-lihat ditoko tersebut. Akhirnya jadi beli.......

Korban dari pemaksaan, yah lumayan lah, buat olahraga....

Selasa, September 30, 2014

PENUGASAN ADALAH BAGIAN DARI PROFESIONALISME

Dari tahun 2010, saya ditugaskan oleh Board of Director dengan Akte Notaris di Cabang, yaitu Cabang Duri, dari tahun 2010 sampai 2011, dan berlanjut dari tahun 2012 sampai sekarang September 2014, di Cabang Batam. Praktis sudah lima tahun Saya di Cabang. Di Cabang Duri, karyawannya berjumlah 270 Orang, sementara di Cabang Batam, saat ini karyawannya berjumlah 104 Orang.

Ketika beban pekerjaan begitu menumpuk, ketika Audit-Audit dari Client selalu ada dan ter-schedule, ketika Complaint-Complait Client bertubi-tubi, ketika saya sudah tak mampu berfikir, saat itu kerinduan saya pada istri dan Anak-Anak begitu mendalam.
I love you, Mama, Mas & Ade....
Semua beban pekerjaan, semua tugas-tugas kantor bisa di-kompromi-kan, Namun rindu ku tidak........

Sabtu, September 27, 2014

SEPTEMBER CERIA - MAS & ADE ULTAH

Tanggal 12 September 2014, Ade Dilan ber-ulangtahun yang ke 17. Dan Tanggal 17 September 2014, Mas Ui ber-ulangtahun yang ke 20. Selamat Ulang tahun Mas & Ade, semua doa-doa yang terbaik dari kami, untuk mu, Mas & Ade..... Jangan lupa untuk selalu sholat lima waktu. Tetap sehat, makin sukses, serta dimudahkan segala urusan dan rejekinya....Amiiiinnn......
Sushi Tei - Sumarecon Mall Bekasi
Sushi Tei - Sumarecon Mall Bekasi
Lawang sewu - Semarang

2 - MENGHADIRI "MOGSEC - 2014" DI KLCC - MALAYSIA

Sesuai dengan janji, cerita ini saya sambung setelah sampai di Batam dan setelah selesai Audit dari Client....
Pukul 03.00 Saya sudah siap-siap untuk menuju bandara KLIA-2. Menurut supir taksi, jarak antara Hotel Nomad Sucasa Suite Hotel di Jalan ampang - KLCC ke Bandara KLIA-2, butuh waktu sekitar 40 menit.
Pukul 03.45 saya berangkat ke Bandara, sarapan di rest area menuju bandara, dan sekitar pukul 05.10 saya sampai di Bandara KLIA-2. Check-in di Counter AirAsia di U-V, lalu kemudian saya menuju ke Gate P-17. Jarak antara counter check-in di line U-V ke P-17 sangat jauh.
Setelah melalui pemeriksaan metal detector dan lain-lain yang cukup ketat, saya berlari-lari kecil menuju gate G-17, karena sudah diumumkan melalui pengeras suara, bahwa penumpang sudah diminta untuk naik pesawat. luas biasa luasnya Bandara ini, jarak antara Gate P-1 ke P-17 sangat jauh.......
Setelah sampai Gate P-17, saya langsung naik ke pesawat,

Pesawat sudah penuh, dan saya dapat seat di 21-E. setelah pengumuman akan take-off, saya sudah tidak sadar, alias tertidur........ Ketika akan Landing, saya dibangunkan oleh pramugari, dan diminta untuk menegakkan tempat duduk. Padahal saya tidak merasa menurunkan temapat duduk ?? (Mungkin saat saya tertidur, pramugari menurunkan nya,karena mungkin kasihan lihat saya yg tertidur lelap...).
Berarti praktis selama dalam penerbangan, saya tertidur. Perjalanan dari KLIA-2 ke Bandara Changi, membutuhkan waktu sekitar 1 Jam 10 menit.
Lalu kami antri untuk turun dari pesawat. Setelah hampir sampai di pintu keluar pesawat, saya teringat, bahwa "kartu kedatangan / keberangkatan (Disembarkation / Embarkation Card)" tertinggal di saku kursi depan saya. mungkin karena saya tertidur selama dalam perjalanan, pramugari menyimpannya di saku kursi depan saya. Saya langsung balik arah kembali ke kursi saya, melawan arus orang-orang yang akan turun pesawat.  Setelah dapat kartu tersebut, di lobby kedatangan, saya mengisi kartu. Lalu keluar dari imigrasi, dan mencari Money Changer untuk menukarkan uang dari Ringgit Malaysia ke Singapore Dollar. Kemudian saya naik taksi dari bandara menuju ke Harbourfront. Sesampai di Harbourfront, saya membeli tiket Ferry ke Batam Centre (Karena dibatam, banyak pelabuhan, diantaranya, Harbourbay, Batam Centre, Sekupang, Nongsa, dll). Setelah tiket ditangan dan langsung check-in, dengan Ferry Web-Master untuk keberangkatan pukul 08.50 waktu singapore, atau pukul 07.50 Wib. Kemudian saya sarapan.

Setelah boarding, dan melalui imigrasi, saat akan naik ke Ferry, saya cukup terkejut, karena penumpang yang akan menuju ke Batam, ke semua pelabuhan cukup padat. Ruang tunggu cukup penuh. Setahu saya hanya di week-end saja, semua pelabuhan penuh. Ternyata dihari kerja, pagi dan sore hari juga penuh. Setelah saya sempat berbincang dengan penumpang yang lain, saya baru ingat, bahwa banyak pekerja yang bekerja di Batam atau sebaliknya, yang memilih pulang pergi Singapore-Batam PP untuk bekerja dan kembali, atau sebaliknya..... Lalu saya teringat dengan salah satu Client Kami yang juga tinggal di Singapore, tetapi kerja di Batam, sehingga bolak-balik setiap hari.
Setelah duduk di Ferry yang lumayan bagus (Berbeda dengan Ferry dari Batam ke Malaysia, ferry ke Singapore, lebih bagus).Saya langsung tertidur kembali.....
Pukul 08.40 wib, saya sampai di Pelabuhan Batam Centre, setelah melalui imigrasi, dan stempel Passport, saya sudah ditunggu oleh Supir untuk segera ke Kantor.
Pukul 10.15 wib, Client yang akan meng-Audit datang ke kantor, dan langsung meng-Audit kami untuk opportunity pekerjaan baru.
Alhamdulillah..... saya sampai dengan selamat, dan tidak telat dan hasil auditnya cukup perform. Many thanks Clifton, Siti.... I really appreciate for your help......

Kamis, September 25, 2014

1 - MENGHADIRI "MOGSEC - 2014" DI KLCC MALAYSIA

Sekitar satu bulan sebelum pelaksanaan MOGSEC - 2014 ( Malaysia Oil & Gas Services Exhibition and Conference ) pada tanggal 23 sampai dengan tanggal 25 September 2014, kami sudah mendapatkan informasi dari Partner kami di Malaysia. Dan karena terkait dengan pekerjaan serta opportunity yang akan kami dapat, maka kami merencanakan untuk hadir pada kegiatan ini, yang dilaksanakan di Kula Lumpur Convention Centre ( KLCC ) Malaysia.
Kami merencanakan untuk berangkat berdua dari Cabang Batam, dengan rencana awal adalah berangkat pada tanggal 22 September 2014 dan kembali ke Batam pada tanggal 25 September 2014, siang hari. Kami sudah booking hotel dan pesawat untuk keberangkatan, tetapi karena kepulangan tanggal 25/09/2014 adalah hari kamis, dan tidak ada schedule penerbangan dari Subang Jaya menuju Batam, maka pulangnya kami rencanakan untuk melalui perjalanan darat, dari Kuala Lumpur, menuju Johor Bahru (Terminal Larkin), lalu ke Stulang Laut dan naik ferry dari Stulang Laut ke Batam Centre.

Tanggal 22 September 2014, saya dengan sdr Ryan, berangkat melalui Batam, dengan menggunakan Firefly, menuju Subang Jaya - Kuala Lumpur, Pesawat berangkat pukul 11.00 WIB dan mendarat di Subang Jaya pada pukul 13.00. Dan kami langsung menuju Hotel di Jalan Ampang yang dekat dengan KLCC, yaitu Hotel Nomad Sucasa Suite Hotel. Hotel ini seperti Apartment, dimana setiap kamar lengkap dengan Kitchen Set, dll. Ini kali kami yang ke 2 menginap di hotel ini, setelah kegiatan OTC (Offshore Technologies Conference).
Tanggal 23 September 2014, setelah breakfast, kami menuju KLCC, dan melakukan registrasi manual setelah sebelumnya registrasi on-line. Ternyata event ini lebih kecil dari OTC. Dan (Seperti dugaan semula) ada beberapa Client di Batam yang membuka stand di kegiatan ini.
Setelah berkeliling dan mencari opportunity, kami bertemu dengan partner kami di Meeting Room. Dan setelah cukup lelah berkeliling, kami makan siang dengan Partner dan kembali ke Hotel. Sorenya kami jalan-jalan ke China Town.


Tanggal 24 September 2014, juga setelah breakfast, kami kembali menuju KLCC, saat akan menuju ruang Convention, kami bertemu dengan teman. Dan ada opportunity untuk pekerjaan inspection di daerah Johor Bahru, dan kami janji untuk men-follow up nya segera. Lalu kami diskusi kembali dengan partner kami dari Malaysia, lalu makan siang, kemudian diskusi kembali.
Saat saya check email, ternyata ada rencana Audit  oleh Client pada tanggal 25/09/2014 pagi, dan rencana  Audit ini sudah di re-schedule sebanyak 2X, sehingga saya tidak bisa menolaknya, karena ini memang opportunity yang sudah cukup lama kami tunggu. Dan atas bantuan dari Partner, saya merubah rencana kepulangan saya menjadi dinihari, dengan memakai pesawat Airasia dari KL (Bandara KLIA-2) menuju Singapore, lalu akan dillanjutkan dari Bandara Changi menuju Harbourfront dengan taksi dan akan naik ferry menuju Batam, agar saya bisa menghadiri Audit Client tersebut. Dan teman saya sdr Ryan, tetap sesuai rencana, akan menggunakan jalan darat via Johor Bahru.
Malamnya, agar saya tidak tertinggal pesawat di dinihari tanggal 25/09/2014,  kami merencanakan untuk ke Genting Highland. Sayang sekali hujan deras mengguyur selama dalam perjalanan dari KL menuju GH. sehingga kami tidak dapat menikmati pemandangan alamnya. Setelah sampai, kami makan malam ditemani dinginnya malam yang mungkin berkisar pada 10 sampai 15 derajat celcius, sangat dingin, dan berkabut karena disertai dengan hujan.


Tanggal 25 September 2014, pukul 01.00 kami kembali ke Hotel, dan saya langsung packing untuk keberangkatan pada dinihari ini, agar tidak mengantuk, sambil begadang, saya langsung membuat Blog pribadi ini.......
Saya akan lanjutkan cerita ini setelah saya sampai di Batam dan setelah selesai Audit dari Client.......

Selasa, Juni 24, 2014

RENUNGAN.... LELAH MELIHAT PER-POLITIK-AN DI INDONESIA

Dari hari ke hari, lelah mendengar, membaca, melihat dan orang-orang disekitar memperdebatkan Capres - Cawapres....... pilih sesuai hati nurani saudara-saudara ku. Jangan saling menghujat, gontok-gontokan, meledek serta merendahkan. berpolitiklah secara dewasa, berpolitiklah secara santun... kita sebangsa, setanah-air.... Hidup INDONESIA ku... Jayalah NEGERI ku....

Renungan.... Tidak bermaksud menyuruh memilih atau mengarahkan siapapun. Sekali lagi, ini hanya renungan, sekaligus introspeksi, betapa tidak dewasanya masyarakat kita.


"Calon Presiden Musuh Islam?"
**-**
“Cilaka, Kyai! Cilaka!” Aku baru saja tiba di Pondok Kyai Husain. Setelah mencium tangannya, aku tak bisa membendung rasa kesalku yang telah kutahan cukup lama. Kegelisahanku tiba-tiba membrudal di hadapan wajah teduh Kyai Husain yang selama ini selalu mendengarkan keluh kesahku.

“Cilaka apanya, Nak?” Tanya Kyai Husain.

“Pilpres!” Aku tak punya jawaban lain yang lebih panjang lagi. Aku yakin Kyai Husain akan mengerti.

Kyai Husain terkekeh. “Ndak usah dipikir!” Katanya, “Nanti juga reda sendiri. Ndak usah dipikir!” Kyai Husain kemudian mulai melinting tembakaunya.

“Tapi ini sudah menyangkut keselamatan ummat, Kyai. Ini sudah genting! Jika calon yang didukung para pengusaha hitam dan musuh-musuh Islam yang menang, bisa habis ummat Islam di negeri ini. Negeri ini akan hancur dan mendapatkan azab dari Gusti Allah!”

Kyai Husain mengangguk-angguk. Wajahnya tampak prihatin. “Kamu sudah shalat?” Tanyanya.

Aku menggelengkan kepala.

“Ambillah air wudhu, lalu shalatlah terlebih dahulu. Waktu ashar hampir habis.” Kata Kyai Husain.

Pelan-pelan keresahanku ciut. Aku malu pada diriku sendiri. Betapa bebalnya imanku, aku berteriak-teriak mengkhawatirkan nasib ummat tetapi aku sendiri lupa menjalankan kewajibanku.

Aku pamit pada Kyai Husain untuk ke surau. Kyai Husain mengangguk-angguk perlahan. Beliau sedang asyik dengan tembakaunya.

Selang delapan atau sepuluh menit, aku sudah menghadapkan wajahku lagi pada Kyai Husain.

“Bagaimana shalatmu?” Tanya Kyai Husain tiba-tiba.

Aku terkejut ditanya demikian. Bagaimana shalatku?

“Eh, begitu, Kyai. Begitu saja. Alhamdulillah saya sudah shalat sekarang.” Aku menjawab pertanyaan itu dengan terbata-bata.

“Apa yang kaupikirkan dalam shalatmu?” Kyai Husain bertanya lagi.

Sebenarnya aku agak tersinggung ditanya-tanya begini. Apa urusan Kyai Husain tentang shalatku? Bukankah itu urusanku dengan Gusti Allah? Untuk apa Kyai Husain tanya-tanya segala? Tapi, karena aku sangat menghormati Kyai Husain, mau bagaimana lagi? Aku tak mungkin mengakatan kepadanya bahwa aku tersinggung. Aku juga tak mungkin menjawab, Bukan urusan Anda, Kyai! Bisa-bisa nanti beliau yang tersinggung. Jika begitu, celakalah aku. Bisa kualat aku. Apalagi Kyai Husain inilah yang dulu mengajari aku shalat. Dari alif-ba-ta Al-Fatihah sampai rukuk-sujud gerakan shalat dia ajarkan kepadaku dengan penuh kesabaran.

“Eh… Anu, begini, Kyai… Soal shalat, biarlah itu menjadi komunikasi batin antara saya dan Gusti Allah.” Astagfirullah. Mengapa kata-kata itu juga yang keluar dari mulutku?

Kyai Husain terkekeh. Kemudian agak terbatuk. “Ya sudah… Soal agama, biarlah itu juga jadi urusan pribadi-pribadi dengan Tuhannya” Katanya, lalu beliau menghisap tembakaunya. “Tapi, dalam shalatmu, kamu mikirin copras-capres atau tidak?” Sambung Kyai Husan, kemudian tertawa lebar.

Aku jadi kikuk. Aku tersenyum-senyum malu.

“Iya, Kyai.” Aku memang tak khusuk dalam shalatku tadi. Kepalaku dipenuhi kekhawatiran-kekhawatiran dan semacam kebencian. Khawatir karena elektabilitas capres yang kubenci, yang begitu membahayakan bagi umat Islam, terus saja tinggi dan sulit tersaingi. Maunya apa sih ummat Islam Indonesia ini? Aku gelisah luar biasa dalam shalatku.

“Coba kamu ingat-ingat lagi,” kata Kyai Husain, “Capres mana yang paling membuatmu gelisah dalam shalat?”

“Jelas dia yang musuh ummat, Kyai! Jelas dia yang dikendalikan cukong-cukong asing! Jelas dia yang tidak pro kebijakan syariah! Jelas sekali dia yang diharamkan para ulama untuk dipilih!” Aku menjawab pertanyaan Kyai Husain dengan berapi-api.

Kyai Husain terkekeh. “Shalatmu begitu berat,” katanya.

Aku kebingungan.

“Shalatmu penuh beban,” lanjut Kyai Husain. “Aku tak pernah mengajarkan shalat yang penuh beban.”

“Tapi, Kyai…” Aku berusaha memotong Kyai Husan, “Mohon maaf. Ini memang masalah genting yang sedang kita hadapi sebagai bangsa. Pemilihan presiden tinggal 20 hari lagi, musuh-musuh Islam hampir saja menang!”

“Siapa yang kau sebut musuh-musuh Islam?”

“Capres boneka! Juga orang fasik di belakangnya!” Jawabku dengan penuh semangat.

“Bukankah dia juga seorang Muslim?” Tanya Kyai Husain.

“Saya meragukan keislamannya, Kyai! Itu pasti pencitraan! Keislaman palsu!”

“Ajari aku tentang keislaman yang asli, keislaman yang sejati?” Dengan tenang Kyai Husain mengajukan pertanyaan yang sama sekali tak kuduga. Beliau masih menghisap tembakaunya.

“Eh, Kyai. Mohon maaf, Kyai. Saya tidak dalam kapasitas untuk menjelaskan itu.” Tiba-tiba aku merasa malu pada diriku sendiri. Apa hakku memberi batas dan ukuran-ukuran bagi keislaman seseorang? Mengapa aku melabeli seseorang atau orang lain bahwa keislaman mereka palsu, pencitraan dan harus diragukan?

“Kalau begitu bagaimana dengan keislamanmu sendiri?” Tanya Kyai Husain.

Aku makin gelagapan. Bahkan shalat pun aku masih sering terlambat. Hingga hampir kehabisan waktu. Bahkan jika shalat pun aku masih memikirkan hal-ihwal ini-itu. Apa hakku mengatur-atur keisalaman orang lain? Bagaimana dengan keislamanku sendiri?

Aku tertunduk lesu. Tak bisa menjawab apa-apa dan tak bisa berkata apa-apa. Aku hanya menggelengkan kepala.

Kyai Husain terkekeh.

“Ummat Islam lebih besar dari sekadar pemilu-pemiluan,” jawab Kyai Husain, “Agama ini lebih besar dari sekadar capres-capresan!” Beliau tampak lebih serius.

Aku mulai memerhatikan perkataan Kyai Husain.

“Sebenarnya aku tak suka membicarakan ini. Islam dan apapun saja di dunia ini tidak level untuk dibanding-bandingkan. Islam itu tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi lagi darinya, itu sudah final. Kamu mau bawa-bawa Islam untuk urusan politik? Kamu tak lebih dari mereka yang memperjualbelikan agama untuk urusan dunia. Kamu mau membela ummat Islam? Tanyakan itu sekali lagi pada dirimu sendiri, bukankah kamu sebenarnya sedang melakukan segmentasi pemilih? Bukankah kamu ingin menggiring pemilih untuk melihat mana capres Islam dan bukan Islam agar mereka bisa dikategori-kategorikan, dikelompok-kelompokkan, agar syahwat kekuasaanmu dan sekelompok orang tertentu bisa tercapai? Kamu ini sedang membela Islam, atau siapa? Kamu ini sedang membela Gusti Allah atau membela orang-orang yang hanya mengaku-ngaku dekat dengan Gusti Allah?”

“Lalu soal mengharam-haramkan. Soal bahwa memilih capres tertentu diancam berdosa dan bahkan masuk neraka. Apa hakmu untuk mengatur-atur urusan yang bahkan Rasulullah Muhammad pun tak mungkin sanggup mencampuri urusan Gusti Allah itu? Apakah kamu sudah merasa lebih besar dari Rasulullah dan Gusti Allah? Kamu boleh senang atau tidak senang dengan capres terntentu atau siapapun saja, tetapi kemu tidak boleh senang melihat ummat Islam terpecah belah, dipecah-belah. Kamu boleh senang dengan politik dan segala tetek bengeknya, tetapi kamu tidak boleh senang melihat agamamu dijadikan alat untuk mendulang suara—kamu tidak boleh mengharam-haramkan sesuatu yang dengannya sebenarnya kamu sedang berusaha menghalal-halalkan syahwat dan nafsu politikmu semata!”

Aku hanya bisa menunduk. Kata-kata Kyai Husain benar-benar menampar hatiku.

“Tapi Kyai…” Aku berusaha memberi pembelaan, “Situasinya sekarang sudah hitam putih. Sudah jelas mana pembela Islam dan mana musuh Islam. Situasinya sudah genting!”

Kali ini Kyai Husain tampak marah. “Dengarkan aku!” Katanya, “Musuh Islam sejati adalah orang-orang munafik! Mereka yang dalam luka baru mengaku saudara! Mereka yang dalam situasi yang menguntungkan dirinya saja baru mengaku-aku dekat dengan agama ini. Mereka yang menjadikan agama ini hanya sebagai atribut belaka! Mereka yang menyebarkan kebencian dan merasa bahwa dirinya paling beriman.”

“Tapi… tapi…” Aku berusaha memotong Kyai Husain. Tapi beliau tampak benar-benar geram dengan situasi ini.

“Islam tak membutuhkan orang-orang yang menyebarkan kebencian sebagai jalan untuk meninggikannya. Gusti Allah tak perlu dibela. Jika kamu pikir besok Islam akan habis jika calon presiden yang kaubenci itu menang, kamu sudah benar-benar mengerdilkan dan meremehkan agama ini. Apakah jika dia menang lantas kamu otomatis pindah agama? Kecuali kualitas imanmu memang seperti kaus kaki yang kendur, kamu patut mengkhawatirkannya. Khawatirkanlah kualitas keimananmu sendiri!”

Aku mulai berpikir rupanya Kyai Husain memang punya pandangan politik yang berbeda denganku. Jangan-jangan beliau sudah bergabung dengan pendukung calon presiden boneka. Jangan-jangan beliau sudah sesat dan menjadi musuh Islam. Aku tak boleh menemuinya lagi. Ya, aku tak boleh menemuinya lagi. Haram hukumnya bagiku untuk menemuinya lagi.

“Sebentar lagi, kamu akan menuduhku kafir.” Tiba-tiba Kyai Husain seperti bisa membaca pikiranku. Lalu tertawa. “Tidak apa-apa jika kau berpikir begitu. Kelak di surgamu yang kamu bayang-bayangkan, mungkin kamu tidak akan menemukan orang-orang sepertiku. Surgamu mungkin akan dipenuhi oleh orang-orang yang suka menunjuk-nunjuk hidung orang lain sebagai sesat atau kafir atau musuh agama, sebab hanya diri mereka yang benar. Mungkin perlu juga kamu pikirkan apakah di antara orang-orang seperti ini terdapat kemungkinan untuk saling menyalah-nyalahkan dan mengkafir-kafirkan juga? Sebab kebenaran hanya benar menurut dirimu sendiri, bukan? Di surga semacam itu, mungkin kamu akan hidup sendirian!”

Kyai Husain terkekeh.

Aku berada pada situasi yang benar-benar membingungkan Aku mulai ragu pada diriku sendiri. Apa yang dikatakan Kyai Husain benar-benar menampar hati dan kesadaranku.

“Maafkan saya, Kyai.” Tiba-tiba aku memohon maaf padanya. Akal sehat dan nuraniku memerintahkannya.

Kyai Husain hanya tertawa, sambil sesekali menghisap lintingan tembakaunya yang hampir habis. “Kau tak perlu meminta maaf padaku,” katanya, “Tapi kau harus mulai berpikir, bahwa calon presiden yang kamu bela atau calon presiden yang kamu benci tak akan menentukan apa-apa bagi kualitas keimanan dan ketakwaanmu sebagai individu. Itu urusan pribadimu sendiri dengan Gusti Allah.”

Aku mengangguk-angguk setuju.

“Perbaiki shalatmu,” kata Kyai Husain, “Perbaiki apa saja yang buruk pada dirimu. Lalu berbuat baiklah pada sesama. Jangan gadaikan agamamu hanya untuk sesuatu yang sementara seperti pesta demokrasi lima tahunan ini.”

“Tapi kita harus memilih, Kyai.”

Kyai Husain mengangguk. “Aku setuju. Pilihlah yang paling cocok menurut pertimbangan akal dan hati nuranimu.”

Aku mengangguk-angguk, “Terima kasih, Kyai.”

Magrib hampir tiba. Kyai Husain mangajakku ke surau untuk shalat magrib berjamaah. Aku menyetujui ajakannya. “Selesai shalat, orang-orang akan membicarakan hal yang sama,” Kyai Husain sambil tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepala. “Tidak apa-apa,” katanya, “Ini sedang masanya. Kelak kita akan kembali pada urusan masing-masing, pada problem hidup masing-masing, pada takdir dan nasib kita masing-masing, dan harus berjuang untuk menyelesaikannya sendiri-sendiri.”

Aku mengangguk. “Saya akan memilih calon presiden yang paling baik, yang bisa membantu rakyat untuk menyelesaikan problem-problem keseharian mereka, Kyai.”

“Nah, kali ini pertimbanganmu benar.” Kata Kyai Husain. “Alasan itu saja yang kau jadikan pertimbangan untuk menentukan pilihanmu, tak usah repot-repot bawa agama.”

Aku tersenyum. Ada semacam kelegaan dalam hatiku mendengar persetujuan Kyai Husain tentang pendapatku. Aku sengaja memelankan langkahku, ingin melihat Kyai Husain dari belakang. Aku memerhatikan langkah ritmisnya, rambut putihnya, sarung hijaunya, juga surban yang tak lepas dari kepalanya.

“Kyai…” Tiba-tiba aku ingin memanggilnya.

Kyai Husain menoleh.

“Siapa yang Kyai pilih?”

“Tak ada yang sempurna,” Jawabnya. “Seperti kita tahu, tak ada manusia yang sempurna. Bahkan Muhammad tak memiliki suara merdu seperti Daud, tak memiliki kemampuan fantastis seperti yang dimiliki Sulaiman, bahkan mungkin saja tak seberani Ibrahim atau setangguh Musa. Aku akan memilih calon presiden yang paling mengetahui bahwa dirinya tak sempurna dan dia yang paling bisa menghargai kemanusiaan sesama.”

Aku tak bisa menebak pilihan Kyai Husain.

“Siapa orangnya, Kyai?”

Kyai Husain hanya tersenyum, lalu terus berjalan menuju surau.

Usai shalat magrib, aku menyadari bahwa aku kembali tidak khusuk dalam shalatku. Sepanjang shalat, aku terus berpikir tentang pilihanku dan memerhatikan Kyai Husain yang menjadi imam. Ada bacaan shalat Kyai Husain yang menurutku keliru pelafalan dan tajwidnya.

Mungkin memang sulit mencari imam yang sempurna, pikirku. Tetapi dalam shalat berjamaah, semua orang diberi Allah derajat pahala berlipat ganda. Aku mulai sadar, kebaikan yang paripurna tak bisa dicapai sendirian.

Aku terus memerhatikan Kyai Husain yang kali ini tampak sedang berdzikir. Kepalanya mengangguk-angguk ritmis. Aku belum tahu jawaban Kyai Husain tentang calon presiden pilihannya... Tapi aku mulai ragu pada pilihanku sendiri.
----
Melbourne, 21 Juni 2014

*Penulis: Fahd Pahdepie atau dikenal juga dengan nama pena Fahd Djibran adalah mahasiswa Postgraduate di School of Politics and International Relations, Monash University, Australia. Saat ini tinggal di Melbourne.

Senin, Mei 05, 2014

KOTA DURI - MASIH SEPERTI YANG DULU - TIDAK BANYAK YANG BERUBAH

Duri, adalah Ibukota Kecamatan Mandau. Tahun 2010 sampai tahun 2011, saya ditugaskan di kota ini. Dan kemarin tanggal 02/05/2014, saya berkesempatan untuk kembali ke kota ini, untuk menghadiri Undangan Pernikahan salah seorang karyawan Chevron.
Karena saya sedang bertugas di Batam, dan tanggal 01/05/2014 adalah hari libur (hari Buruh), maka dari Batam tanggal 30/04/2014 saya berangkat ke Jakarta untuk meeting di Jakarta sekaligus kumpul bersama keluarga.
Tanggal 02/05/2014, saya menuju ke Pekanbaru dengan memakai pesawat Garuda, mendarat di Pekanbaru. Dan saya dijemput oleh salah seorang teman saya yang berdomisili di Kota Duri. Banyak informasi yang diceritakan oleh teman saya terkait dengan kemajuan dan perkembangan kota Duri. "Tidak banyak perubahan yang terjadi" katanya. Padahal, Duri adalah salah satu kota terkaya di Dunia, dengan penghasilan Minyak nya yang berlimpah yang dikelola oleh salah satu Perusahaan Minyak Dunia. Menurut wikipedia, Kabupaten Bengkalis (yang didalam nya ada Duri), adalah Kabupaten terkaya nomor 2 setelah Kutai Kartanegara (kalimantan Timur). Sempat ada wacana Kota Duri untuk menjadi Kabupaten, tetapi teman saya belum tahu perkembangan nya.
Satu hal yang cukup membuat saya aneh, perjalanan dari Pekanbaru ke Duri, yang biasanya bisa ditempuh 2 atau 3 Jam, sekarang membutuhkan waktu yang sangat lama, bisa sampai 5 atau 6 Jam perjalanan. Bahkan kadang lebih.......

Penyebabnya adalah proses pelapisan jalan, baik dengan di Aspal maupun melalui Pengecoran, yang proses pengerjaan sangat lambat. September tahun lampau (2013) saya ke kota Duri, saat itu sedang dilakukan pelapisan jalan, baik dengan di Aspal maupun melalui Pengecoran. Ternyata, sampai saat ini, masih juga belum selesai, entah sampai kapan......
Proses pengerjaan pelapisan dan pengecoran yang lambat, ditambah dengan tidak disiplin nya pengguna jalan, baik mobil pribadi, angkutan umum, truk Balak, truk CPO dan lain-lain, semakin menambah semrawut nya perjalanan saya ke Kota Duri. Kami sempat ber-istirahat di daerah Kandis untuk makan, pilihan kami setiap ke Duri adalah rumah makan "Pondok Bamboe".  Dan alhasil perjalanan sampai di Kota Duri ditempuh dengan 6 Jam......

Seperti yang disampaikan sebelumnya, Kota Duri yang tidak banyak perubahan, ternyata benar. Salah satu kota terkaya di Indonesia, tidak nampak kekayaannya dalam kehidupan sehari-hari Masyarakatnya.
Saya menginap di Hotel Grand Zuri, salah satu hotel dari sedikit hotel di kota Duri, yang termasuk kategori baik. Dan saya selalu menginap di Hotel ini, setiap kali ke kota ini.
Baru sampai, sudah terbayang sengsaranya akan perjalanan pulang kembali ke Pekanbaru dari Duri, untuk kembali ke Batam.......
Duri, adalah cerminan dari kota-kota kecamatan di Indonesia, yang tidak nampak kelebihan nya sama sekali sebagai salah satu kota kecamatan terkaya di Indonesia. Wahaca sekitar 5 tahun yang lalu, untuk membuat jalan tol dari Pekanbaru ke Dumai, yang melalui kota Duri, masih terus bergulir sebagai wacana.......

Konon katanya beberapa saat yang lalu, sempat ada wacana untuk membuat Bandara di wilayah Kabupaten Bengkalis, tetapi tidak jadi, entah mengapa. Mungkin Ibukota Propinsi Riau khawatir, jika pembuatan Bandara jadi, maka dipastikan Pekanbaru akan sepi. Sama seperti Kalimantan Timur, yang ber-Ibukota Samarinda, tetapi jauh lebih ramai Kota Balikpapan. Atau Kepulauan Riau, yang ber-Ibukota Tanjung Pinang, tetapi jauh lebih ramai di Pulau / Kota Batam....
Duri oh Duri nasibmu..... Crude Oil sebagai sumber utama kekayaan Kota Duri, semakin hari semakin berkurang cadangan minyak bumi nya, karena ini adalah Sumber Daya Alam yang tidak tergantikan.
 

Senin, April 28, 2014

NONTON MOTOGP SEPANG 2013. APA KABAR SIRKUIT SENTUL ??



Client kami dari Negeri Jiran Malaysia, atau lebih tepatnya disebut sebagai Partner, menawarkan tiket untuk menonton MotoGP 2013 tanggal 11-14 Oktober 2013 di Sepang, Selangor, Malaysia. Siapa takut ???. Karena disaat yang bersamaan, saya juga penggila MotoGP, khususnya Valentino Rossi. Dan disaat yang bersamaan, kami juga harus prepare untuk Signing Contract yang akan berakhir pada bulan Desember  2013.
Akhirnya kami setting meeting di Malaysia, tepatnya di Shah Alam, kantor dimana Client / Partner tersebut berada. Dua hari sebelum race day MotoGP, saya segera booking tiket pesawat Firefly pada hari Jum’at. Schedule penerbangan pesawat ini dari Batam menuju Subang Jaya hanya 4X dalam seminggu, yaitu pada hari Senin, Rabu, Jum’at dan Minggu. Saya berangkat hari Jum’at. Dan sesampai di Subang Jaya, kami dijemput oleh Client untuk meeting. Selesai meeting, kami Check-in di Hotel Grand Summit Jaya, yang juga  di siapkan oleh Client. Duuuhhh… enaknya. Hotel ini juga connecting dengan Mall Summit Jaya, dan Hotel ini bintang 4.

Selama dua hari kami menonton di Sirkuit Sepang yang dibangun tahun 1999 ( Jauh setelah Sirkuit Sentul dibangun, yaitu tahun 1994), dengan panjang lintasan 5,543 Km (3,44 Mil). Kami menonton mulai dari free practice sampai racing. Sungguh iri melihat pengelolaan dan management di sirkuit Sepang yang sangat professional, dengan mengambil lokasi ditengah ladang kebun sawit. Malaysia membangun sirkuit yang bagus untuk MotoGP dan Formula-1 setiap tahun nya.
Lalu, apa kabar Sirkuit Sentul ??? Bahkan dari informasi yang saya baca dari media, Thailand di tahun 2015 sudah siap mengadakan MotoGP & Formula-1 di “Buriram International Circuit”. Bagaimana dengan sirkuit kita ??. Sirkuit Sentul akan semakin tertinggal dalam perlombaan untuk bisa menyelenggarakan MotoGP dan F-1, jika tidak berbenah secara profesional.

Sirkuit International Sentul, menurut Wikipedia, adalah sebuah  sirkuit balap yang terletak di desa Sentul, kecamatan  Babakan Madang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Indonesia. Sirkuit ini sering digunakan untuk menyelenggarakan balap motor serta ajang Asian F-3 dan tercatat pernah menjadi penyelenggara MotoGP dari tahun 1996 hingga akhir tahun 1997. Entah kenapa sekarang dihapus.
Usaha dalam membangun sirkuit Formula Satu yang kedua di Asia setelah Jepang adalah di Indonesia, pada tahun 1994. Dengan panjang 4,12 kilometer, Sirkuit International Sentul diharapkan dapat menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara penyelenggara Formula Satu, hingga akhirnya pada tahun 1997, krisis moneter di Asia menyebabkan hal tersebut menjadi tidak mungkin dilaksanakan. Rampung pada tahun 1994, fasilitas yang ada kini telah sedikit tertinggal oleh perkembangan zaman, hingga menyebabkan ia tidak cocok untuk menyelenggarakan ajang yang super cepat sekelas F-1.
Namun, di sirkuit ini tetap cocok bagi pembalap untuk berkompetisi di ajang Asian Formula 3 Super Series. Setelah diadakan beberapa perbaikan di beberapa bagian sirkuit untuk mencapai standar yang ditetapkan oleh FIA untuk menyelenggarakan balapan seperti A-1 Grand Prix, yaitu tingkat 2 (tingkat 1 adalah standar untuk menyelenggarakan balapan sekelas  Formula-1) maka sirkuit sentul akhirnya dapat menyelenggarakan A1 Grand Prix selama dua musim (2005-06 dan 2006-07).
Data Sirkuit Sentul 1994, Panjang lintasan: 4,12 km (2,56 mil), Lebar lintasan: 15 mtr, Lintasan lurus terpanjang: 900 mtr, Lisensi sirkuit FIA tingkat 2, 50 garasi pit, 2 tribun duduk tertutup.
Fasilitas Sirkuit Sentul, Lintasan Grand Prix,  Motocross, Autocross dan sirkuit Go-kart, Hotel internasional bintang tiga, Bungalow, Lapangan golf internasional, Restoran, Pusat rekreasi. Sayang pengelolaan nya mungkin kurang didukung oleh Pemerintah, sehingga tidak bisa maksimal…

MotoGP Sepang 2014, saya pasti akan menonton kembali…. Tapi tetap sambil berharap, suatu saat kelak, saya akan menonton MotoGP di Sentul, di Sirkuit milik Bangsa Indonesia. Semoga....

Kamis, April 24, 2014

SENGGIGI - GILI TRAWANGAN - GILI MENO DAN GILI AIR - LOMBOK

Bulan April 2014 ini, saya sengaja mengambil cuti di tanggal yang terjepit (Harpitnas) yaitu pada 14 sampai 20 April 2014. Yang juga berbarengan UN SMA, sehingga anak saya yang SMA libur dan pada saat yang sama, anak saya yang besar juga libur kuliah. Jadi saya putuskan untuk berlibur dengan keluarga.

Tujuan yang sudah kami sepakati adalah Pulau Bali, kami sudah mencoba booking hotel di Kuta - Bali pada tanggal 17 sampai 20/04/2014. Dan hotel kami sudah mendapatkan konfirmasi ketersediaan kamarnya. Tetapi sayang, pada tanggal tersebut, seluruh penerbangan, baik Garuda, CitiLink, Lion Air, AirAsia dan Sriwijaya semua fully booked..... Luar biasa masyarakat Indonesia, jika menjelang liburan.... Padahal frekwensi penerbangan ke Denpasar - Bali sangat banyak.

Akhirnya, liburan kami alihkan ke Lombok. Dengan tujuan ke Senggigi, Gili Trawangan, Gili Meno dan Gili Air. Hotel sudah kami booking via internet di "Senggigi Beach Hotel". Tetapi pesawat juga fully booked. Alhamdulillah kami mendapatkan 4 seat di Lion Air, kalau rejeki pasti tidak kemana..... Kami putuskan, keberangkatan tetap pada tanggal 17/04/2014 pagi. Tetapi kepulangannya kami rubah menjadi tanggal 19/04/2014 sore, mengingat padatnya penumpang.
Tanggal 17/04/2014 pagi pukul 05.00 WIB, kami sudah berangkat menuju Bandara Soetta untuk mengejar pesawat pukul 09.05 WIB. Seperti biasa, pesawat delay, dan kami mendarat di Bandara Praya - Mataram pada pukul 13.00 Wita. Oh iya, sebelum ke Lombok, saya sudah searching dan mencari tahu tentang biaya untuk penjemputan Bandara Praya ke Hotel di Senggigi, mengingat jarak nya yang cukup jauh. Karena fihak hotel tidak menyediakan Shuttle kendaraan untuk penjemputan. Serta mencari tahu biaya sewa  perahu menuju pulan Gili Trawangan, Gili Meno dan Gili Air.
Melalui website, kami mempunyai pembanding biaya, akhirnya saya putuskan untuk minta dijemput oleh fihak hotel dengan mobil Avanza, dengan biaya jauh lebih mudah di banding yang lain. Dalam perjalanan, kami sempatkan mampir untuk makan siang di restoran Ayam Taliwang yang terkenal di Mataram.
Hotel & Resort di Senggigi Beach Hotel, adalah hotel pertama yang dibangun di pantai Senggigi (dibangun tahun 1987). Desain dan interior nya cukup bagus. setelah kami check-in, kami menuju ke ruangan / kamar yang kami booking, dengan pelayanan yang sangat ramah dan baik, kami juga mendapat kamar yang cukup baik & bersih.
Sesuai dengan itinerary / rencana perjalanan yang sudah kami buat dengan keluarga, setelah istirahat sejenak, kami jalan-jalan di sekitar hotel dan resort tersebut yang cukup luas. Dan kami bersenda gurau di Pantai Senggigi. Lalu kami coba tanya-tanya untuk sewa perahu ke Pulau Gili Trawangan, Gili Meno dan Gili Air untuk esok hari. Kami rencana kan berangkat pagi dan kembali sore hari. Dan sekali lagi, kami mendapatkan sewa perahu yang jauh lebih murah, dibanding yang ada di website untuk perjalanan di Lombok. Kami tawar dan kami sepakat pada angka tertentu. Lalu kami habiskan waktu sore itu di pantai.
Malam hari, kami jalan-jalan di daerah Senggigi dengan menyewa andong. Sepanjang perjalanan, dipenuhi dengan Cafe & Resto, serta mayoritas dipenuhi oleh Wisatawan Mancanegara, dengan pakaian yang seronok. anak saya sempat berkata, di kota nya aja pakaiannya seronok, apalagi di pantai........ dan ternyata terbukti....
Kami putuskan makan malam di Resto yang menghidangkan menu makanan Sea-food. Selesai makan, kami jalan-jalan kembali dengan andong yang berbeda dari yang berangkat. Kehidupan malam di Senggigi cukup menarik, dan Wisatawan Nusantara nya sangat disayangkan, tidak sebanyak di Bali. Padahal menurut saya, Lombok tidak kalah menarik & exotic dibanding Bali. kami kembali ke kamar pada pukul 12 malam, setelah puas jalan-jalan.

Ke-esok-an harinya, tanggal 18/04/2014, kami sengaja sarapan di resto lebih awal, itupun sudah dipenuhi oleh tamu-tamu di hotel, mungkin rencana mereka sama dengan kami, akan ke pulau sepagi mungkin, dan mayoritas penghuni hotel yang sarapan adalah orang-orang asing. Sesuai dengan waktu yang telah disepakati, pukul 08.00 waktu setempat, kami menuju ke pantai, oh ya, disamping hotel ada pelabuhan yang bisa dipakai untuk menyeberang ke pulau. Tetapi yang menarik, tidak ada penduduk atau penjual barang-barang cindera mata yang berani masuk di kawasan pantai Hotel Senggigi. Informasi yang saya dapat, penduduk setempat patuh terhadap larangan fihak hotel, karena fihak hotel menerapkan CSR (Coorporate Social Responsibility) untuk masyarakat sekitar dengan cukup baik.... Luar biasa, patut untuk dicontoh.
Kami sudah ditunggu oleh perahu yang kami sewa, sebelum berangkat, kami menyewa peralatan snorkeling lengkap di Senggigi. Perjalanan dari Pantai Senggigi ke Pulau Gili Trawangan, tujuan pulau pertama yang akan kita datangi memakan waktu sekitar 1 Jam. Sepanjang perjalanan, tiada hentinya kami mengagumi dan menikmati pemandangan pantai yang indah.......
Kami sampai di Pulau Gili Trawangan, seperti yang diduga oleh anak saya, pantai sisi barat, dipenuhi oleh turis wisatawan asing dengan tanpa pakaian, yang dengan merdekanya mereka berjemur dan berenang di pantai yang sangat indah dengan pasir putihnya yang menawan. Setelah capai berkeliling di Pulau Gili Trawangan, perjalanan kami lanjutkan ke Pulau Gili Meno. Di pulau inipun, sama persis dengan pulau sebelumnya, penuh dengan turis asing yg sedang berjemur dan berenang di pantai. Keindahan pulau ??? jangan ditanya, sangat indah.........
Setelah berjalan-jalan di Pulau ini, perjalanan kami lanjutkan ke Pulau Gili Air. Begitu mendarat, kami cari Resto tepi pantai untuk makan siang, dan kami sholat Jum'at. Unik, di ketiga pulau ini, tidak ada mobil dan motor. agar tidak ada polusi, patut di apresiasi kebijakan pemda setempat dengan larangan tersebut, jadi hanya ada sepeda dan andong untuk jalan-jalan di ketiga pulau tersebut.
Selesai Sholat Jum'at, lalu makan dan Snorkeling di Pulau Gili Air....

Sulit untuk melukiskan ke-indah-an Alam kita, sehingga tidak henti-hentinya saya mengagumi. Sangat ironis memang dengan sebagian masyarakat kita, yang bangga bisa jalan-jalan ke Luar Negeri, sementara Alam, Panorama dan keindahan di Negara sendiri tidak kalah menariknya dibandingkan dengan di Luar Negeri, bahkan menurut saya sangat luar biasa keindahan Alam di Negara Kita, yang patut kita syukuri.......