Senin, September 26, 2011

MALAKA - MALAYSIA



PERJALANAN KE MALAKA - MALAYSIA VIA DUMAI

Saya sedang dalam penugasan dari kantor di Duri - Riau, tetapi saya selalu kesulitan dalam mencari aktifitas di hari libur, seperti sabtu-minggu. Karena Duri adalah kota kecil, Kota kecamatan. Maka sekedar utk mengisi waktu luang, saya merencanakan perjalanan ke Malaysia sebagai backpacker (turis berjimat, kata orang malaysia). Setelah maju - mundur, apakah saya jadi berangkat atau tidak ke malaysia, akhirnya tgl 23/09/11 saya putuskan utk berangkat. Sepulang bekerja, hari jum'at, saya ke Al-husna tour & travel yg berlokasi di jalan sudirman, kantornya persis di bawah Masjid Jami (Masjidnya berada di lantai 2). Saya melakukan pembayaran tiket Dumai-Malaka PP seharga Rp. 470.000.- serta biaya antar-jemput Duri - Dumai PP sebesar Rp. 80.000.-
Pagi tgl 24/09/11 pukul 08.00 WIB, saya di jemput oleh pak riri (pemilik tour & travel) menuju ke Dumai, pukul 10.30 WIB sampailah saya di pelabuhan Dumai. Selesai penge-check-an ke imigrasian, langsung saya naik ferry Dumai - Malaka. Seperti pada umumnya kapal / ferry di Indonesia yang tidak terurus dan cenderung kumuh, kapal Ferry Indomall yg melayani rute Dumai-Malaka dan Dumai - Port Klang, relatif bersih, ber-AC dan ada hiburan Film melalui layar monitor TV yg dipasang terbalik. Di dalam perjalanan, crew ferry indomall membagikan Aqua dan bihun goreng dlm box steroform, perjalanan ferry dari Dumai ke Malaka, sekitar 3 Jam.
Setelah sampai di pelabuhan Malaka, dan proses immigration check nya selesai, saya langsung menuju Taman tamiang sari dengan jalan kaki. Lalu jalan-jalan menuju "Dataran Pahlawan Malaka MegaMall" dan "Mahkota Parade Mall". Suasana kota ??? Hmmmm sama aja dengan di kota-kota besar di Indonesia. Kemudian saya makan di resto Minang. Lalu dengan berjalan kaki juga, saya mencari hotel yang banyak bertebaran di kota Malaka. Akhirnya pilihan saya jatuh pada Hotel Best One, tempat nya sangat bersih, karena standard room full, saya ambil yg twin bed room seharga 125 Ringgit Malaysia ( 1 Ringgit = Rp. 2.884 ). Sengaja saya memilih hotel ini, juga karena banyak hiburan di depan hotel, seperti "Station 1 cafe" yg ada live music nya.
Selesai mandi, saya jalan-2 kembali ke Hatten Square yg sedang ada pameran mobil, lalu makan malam di "Mahkota Parade Mall", karena masih kenyang, akhirnya saya makan di KFC .....
Oh ya, sesampainya di Port malaka, saya sama sekali belum memegang ringgit Malaysia. Banyak yg menawarkan di ferry, tapi saya tidak berminat. Saya tukar rupiah dengan ringgit di Money changer yg ada di "Dataran pahlawan megamall".
Selesai makan, saya jalan-2 kembali sambil membeli cemilan utk di hotel. Lalu saya kembali ke hotel utk menyimpan makanan kecil tersebut.
Saya kembali jalan-jalan, dan pilihan saya utk nongkrong di "Station 1 cafe" yang persis di depan hotel. Saya minum Hot Cappucino dan Teh Manis Panas, sampai larut malan, sambil mendengar live music. Setelah lelah, saya kembali ke hotel utk istirahat.
Pagi tgl 25/09/11, saya bangun pukul 05.00 pagi, pukul 06.00 waktu malay. Cuaca sangat mendung. Selesai mandi dan rapih-2, saya siap-siap menuju ke Port Malaka, karena ferry Malaka-Dumai pukul 09.00.
Selesai check-out di hotel, dan mengambil deposit, saya jalan kaki menuju pelabuhan, saya tidak ingin naik taksi, karena memang niat nya ingin jalan-jalan. Sayang, begitu 100 meter keluar dari hotel, hujan turun dengan deras nya.
Saya berteduh di selaras pertokoan di sepanjang jalan melaka raya. Pusat-pusat pertokoan masih terlelap dalam tidur & dinginnya pagi.
Sesampai di pelabuhan, hujan masih deras, tetapi sudah banyak yang datang.
Saya daftar kembali di loket Ferry indomall, sekalian membayar port-tax sebesar 9 ringgit. Menunggu sebentar, lalu check di bagian immigration, langsung naik ferry. Ternyata keberangkatan ferry pukul 10.00 waktu malaysia, atau pukul 09.00 waktu indonesia.
Di ferry ??? Tiduuuuuuurrrr...
Oh iya, ferry Dumai-Malaka-Dumai selalu penuh (satu hari, satu trip), karena, penduduk Indonesia yg tinggal di Duri, Dumai dan sekitar nya, jika sakit, memang memilih ke malaka dibanding ke Jakarta. Selain transport nya yg lebih murah, juga jaraknya yg sangat jauh apabila ke jakarta (harus ke Pekanbaru ± perjalanan 4 jam dari Duri, lalu naik pesawat ke Jakarta).
Di Malaka ada rumah sakit besar yg terkenal bagus yaitu RS Mahkota Medical center & RS Putra Specialist. Menurut penduduk Malaka, penyebab banyaknya hotel, hostel, wisma dan rumah singgah di Malaka, karena banyak nya warga kita yg berobat ke RS tersebut. Keluarga yg mengantar pasien, pasti tidur di hotel, hostel, wisma dan rumah singgah yg ada di sekitar Rumah Sakit.
Pertanyaan yang menggelitik di benak saya, berapa banyak uang yg mengalir ke negara Malaysia, untuk masyarakat yangberobat ????. Sangat disayangkan, pemerintah kita tidak tanggap terhadap hal tersebut, khususnya Pemerintah Daerah di Kabupaten Bengkalis.
Padahal Kabupaten Bengkalis (termasuk didalamnya, Duri dan Dumai) adalah Kabupaten terkaya nomor 2 di indonesia, setelah Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), karena kaya dengan hasil minyak mentah bumi (konon yg terbaik utk jenis Crude Oil) nya, maupun minyak sawit nya. Apa sulitnya membangun Rumah sakit yg besar & berkualitas seperti yg di Malaka ???? Entahlah......
Perjalanan ferry dari Malaka ke Dumai, saya saksikan, banyak sekali penumpang yg menenteng Map hasil Rontgen X-ray films. Yang menunjukkan, bahwa mereka atau kerabat nya, memang baru selesai berobat di Malaka.... Ironis, berapa devisa dan uang yg mengalir ke Malay, hanya karena kita tidak mempunyai Rumah Sakit yg baik, yg seharusnya bisa di akomodasi oleh Pemda Kabupaten Bengkalis....ironis memang.
Akhirnya, ferry berlabuh di pelabuhan Dumai. Penumpang diminta Antri untuk men-cap passport diatas kapal, karena katanya di pelabuhan Dumai tidak ada pemeriksaan & pen-cap-an passport. Hmmmmm.......
Di Malay, immigration check nya begitu bagus, tertib, dan dilakukan di pelabuhan, proses identifikasi sidik jadi dilakukan ketika datang dan pulang. Di Negara kita sendiri ??? Begitu bebasnya orang asing keluar masuk, tanpa ada administrasi yg baik........ Lagi-lagi ironis.....

Senin, September 19, 2011

MENUNGGU KEPASTIAN PENUGASAN DI TEMPAT BARU

Sudah lebih dari 1 tahun, saya ditempatkan untuk bertugas di kota Duri. "Back to Back" dengan teman saya yang lain. Banyak hal - hal yang unik, terkait dengan penugasan tersebut. Mulai dengan menu makanan yang mayoritas Masakan Padang, hingga ke bahasanya.
Duri adalah kota kecil, kota kecamatan, yang jika kita kitari, tidak sampai 20 Menit sudah selesai, hanya memutari Jalan Hang Tuah dan Jalan Sudirman, selesai sudah mengelilingi kota Duri. Tidak ada bioskop, Mall pun hanya ada Ramayana. Saat ini sedang dibangun Mall baru, tetapi itupun bermasalah (katanya) dalam hal pembangunan.........
Sekarang, setelah lebih dari satu tahun, saya akan ditempatkan di Cabang yang lain, yaitu cabang Batam. Semoga di tempat baru tersebut, semuanya akan berjalan dengan baik dan semuanya menjadi lancar, seperti juga di kota Duri....Amiiiiiinnnnnn.

Duri, 19 September 2011
Pukul 11.10 WIB

PENUGASAN DI KOTA DURI - RIAU

Duri adalah ibu kota Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis, Riau, Indonesia. Duri terletak di Kecamatan Mandau, berada di lajur Jalan Raya Lintas Sumatera, sekitar 120 km dari Pekanbaru dalam perjalanan menuju Medan. Duri berbatasan langsung dengan Dumai di utara, Kecamatan Pinggir di selatan, dan Kecamatan Rantau Kopar di barat

Hasil Bumi

Duri adalah salah satu ladang minyak di Provinsi Riau. Ladang Minyak Duri telah dieksploitasi sejak tahun 50-an dan masih berproduksi oleh PT. Chevron Pacific Indonesia (CPI). Bersama Minas dan Dumai, Duri menyumbang sekitar 60% produksi minyak mentah Indonesia, dengan rata-rata produksi saat ini 400.000-500.000 barel per hari.

Minyak mentah yang dihasilkan, meskipun tidak sebaik lapangan minyak Minas, merupakan salah satu minyak dengan kualitas terbaik di dunia, yakni Duri Crude. Pada bulan November 2006, Ladang Minyak Duri atau Duri Steam Flood Field mencapai rekor produksi 2 miliar barel sejak pertama kali dieksplorasi pada 1958. Untuk menunjang produksi ini, di Duri terdapat puluhan perusahaan kontraktor besar, hingga perusahaan kontraktor-kontraktor kecil.

Fakta sebagai penghasil minyak tidak berarti bahwa kota ini adalah kota yang makmur dan maju. Sampai saat ini kota Duri hanya terdiri dari dua jalan utama, yaitu Jalan Jenderal Sudirman dan Jalan Hang Tuah. Di Pokok Jengkol, Jalan Raya Dumai-Pekanbaru yang merupakan bagian dari Jalan Raya Lintas Sumatera bercabang dua. Satu menjadi Jalan Sudirman yang merupakan pusat kota lama dan satu menjadi Jalan Hang Tuah yang menjadi pusat pertumbuhan baru.

Fasilitas dan infrastruktur

Di Jalan Sudirman terdapat pasar simpang padang yang bersambung dengan pasar santika. Di jalan ini juga berdiri sebuah pusat perbelajaan menengah yang sudah aktif sejak tahun 2008 dan Mandau Town Square yang masih dalam tahap pembangunan. Selain itu terdapat kantor pos dan kantor kecamatan yang dilengkapi dengan gedung pertemuan Bathin Batuah, puskesmas, restoran, dan beberapa toko buku. Jalan ini merupakan pusat aktivitas ekonomi kota Duri. Menjelang kantor camat, juga ada sebuah tempat pengisian bahan bakar umum.

Jalan Hang Tuah mulai berkembang di awal tahun 2000 dengan berdirinya secara hampir bersamaan ratusan rumah toko. Jalan ini juga telah diperlebar menjadi 4 jalur dengan pembatas jalan di tengahnya dan menjadi pusat aktivitas ekonomi baru. Bank, kantor Telkom, PLN, rumah sakit, dan masjid raya berada di jalan ini. Dua hotel berbintang dua terdapat di jalan ini.

Saat ini, di daerah Balairaja, PT CPI sedang membangun sebuah gedung serbaguna, yakni Gedung Serbaguna Mandau, yang nantinya akan menggantikan gedung Bathin Batuah sebagai tempat konferensi dan berbagai pertemuan formal di Kecamatan Mandau/Pinggir.

Sumber : Wikipedia

Ibu Kota
Luas
Penduduk
Kelurahan
Desa
Suhu Max/ Min

: Duri kecamatan Mandau
: 937,47 Km²
: 235.109
: 9
: 6
: 34°C / 25°C

Batas Kecamatan
Sebelah Utara berbatasan dengan Kodya Dumai & Kec. Bukit Batu
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kec. Mandau
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Rokan Hulu
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Bukit Batu

Letak Wilayah Kecamatan
100°56’10” Lintang Utara s/d 101°43’26” Lintang Utara
0°56’12” Bujur Timur s/d 1°28’17” Bujur Timur

Jika anda ingin melihat gajah yang patuh dan dapat diajar untuk bermain bola kaki, atau melakukan atraksi lainnya, anda tidak harus ke Wai Kambas Lampung. Anda dapat mengunjungi Duri di Kecamatan Mandau. Di kota ini, tepatnya di Desa Sebanga sejak beberapa tahun yang lalu telah dijadikan sebagai pusat pelatihan gajah. Jika anda mengunjungi tempat ini tidak saja kita dapat melihat gajah-gajah yang patuh dan boleh disuruh membuat atraksi, tetapi kitapun dapat menunggangi dengan dipandu oleh para pawang gajah.

Untuk menempuh lokasi ini tidaklah sulit karena tersedia transportasi umum. Jika dari Dumai jarak perjalanan yang ditempuh sekitar 80 km, sedangkan dari Pekan Baru maka perjalanan yang ditempuh sekitar 239 km

sumber : situs pemerintah Bengkalis

———————————————————————————–

Agustus 2010, tepatnya tanggal 09, sampai dengan saat ini , 19 September 2011, saya ditugaskan oleh Kantor untuk bekerja dan berrmukim di Kota Duri, sebagai salah satu cabang besar, selain cabang-cabang lainnya di seluruh Indonesia.

Kecamatan Duri, terkenal juga dengan Kecamatan yang diatas minyak dan dibawah minyak, maksudnya adalah minyak bumi dan minyak sawit.

Kota minyak ini didiami oleh penduduk asli (Suku Sakai) yang sudah tergusur jauh di pedalaman hutan, ada pula penduduk Melayu yang merasa memiliki duri yang jumlahnya mungkin hanya sekitar 10 % saja skr, Mayoritas penddudk dikuasai oleh Orang-orang Minang yang merantau sekitar 40 %, Suku Batak perantauan sekitar 20 %, 10 % pendatang dari Tanah jawa dan sisanya 10 % campuran dari berbagai suku. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Minang.

Kultur di kota ini kental sekali dengan syariat ISLAM karena di diami oleh mayoritas Suku Minang yang sebagaimana kita ketahui sangat menjunjung tinggi syariat agama ISLAM, sedangkan suku BATAK perantauan sebagian besar mendiami daerah Sebanga. Bagi yang merantau dariTanah Jawa, Pasti akan sangat tersiksa sekali dengan makanan disini karena kebanyakan warungnya menjual masakan padang yang pedas, bersantan dan bernasi pera (agak keras)< tidak banyak restoran atau warung yang menjual masakan khas jawa.

Pendidikan juga sudah lumayan maju, mungkin karena ada komplek Chevron (PT. Chevron Pacific Indonesia) yang notabene ada fasilitas sekolah yg bertaraf internasional, seperti Sekolah Mutiara (Playgroup s/d SLTA) dan Cendana. Masyarakat umum yang bersekolah di tempat ini terbatas. Sekolah- sekolah Negeri, juga relative sudah cukup bagus.

Ada kesenjangan sosial antara penduduk asli dengan para pekerja (Chevron maupun para kontraktor Chevron), kehidupan ekonomi yang berbeda 180 derajat. Mayoritas rumah-rumah yang bagus di pedalaman duri adalah rumah orang Karyawan Chveron atau Kontraktor Chevron, tapi di sisi lain ada rumah yg hanya terbuat dari gubuk milik penduduk asli.

Menurut teman-teman di Duri, konon jika sudah meminum air yang berasal dari tanah Duri, pasti akan kembali lagi ke Duri, entah kapan dan entah benar atau tidak..……………