Tanggal 13 Maret 2014, Kami harus menyelesaikan sedikit
masalah terkait dengan pekerjaan kami dengan Client kami di Pulau Busing –
Singapore.
Perjalanan kami mulai dari pelabuhan Sekupang - Batam, naik
ferry menuju Harborfront-Singapore. Membutuhkan waktu sekitar +/- 50 menit.
Setelah melalui antrian imigrasi yang melelahkan di Pelabuhan Harbourfront,
kami sempat kan untuk makan siang terlebih dahulu di Vivo City.
Perjalanan kami lanjutkan dari Harbourfront menuju Pelabuhan
Pasir Panjang dengan memakin taksi. Ternyata di pelabuhan pasir panjang, kami
sudah ditunggu oleh boat dari fihak Client untuk mengantar kami ke Pulau Busing.
Kemudian kami langsung naik boat dengan kapasitas +/- 10 orang, perjalanan
memakan waktu sekitar 30 menit menuju Pulau tersebut.
Di Pulau Busing, kami melakukan koordinasi dengan pihak
Client, untuk kemudian meeting dengan fihak Main-Client. Meeting tidak sampai
10 menit, sudah selesai. Alhamdulillah…. Pengambilan keputusan yang cepat dan
effisien serta taktis.
Lalu kami kembali menuju ke Pelabuhan Pasir Panjang
menggunakan boat yang sama dengan ketika kami berangkat. Selanjutnya dari Pelabuhan
Pasir Panjang, kami langsung naik taksi kembali menuju Pelabuhan Harborfront,
makan sore lagi di Vivo City dan lanjut menyeberang kembali ke Batam.
Perjalanan “one day trip” yang lumayan melelahkan. Perjalanan bolak-balik ke
Pulau tersebut memakan waktu hampir satu harian, tetapi meeting nya tidak lebih
dari 10 menit. Mantap….
Ada satu hal yang menarik untuk saya cermati. Ternyata Pulau
Busing adalah bukan Pulau asli, tetapi hasil reklamasi. Pulau ini khusus untuk
tempat penyimpanan Minyak Mentah dan Pengolahan untuk menjadi BBM siap pakai.
Dengan Storage tank yang cukup banyak dan dan setiap tangki penyimpanan sangat
besar kapasitasnya….
Artinya, mereka (Singapore) membeli minyak mentah dari kita,
lalu mengolahnya dan menjualnya kembali ke kita dengan harga yang cukup mahal.
Dan bangsa kita adalah peng-import terbesar BBM dari Singapore…… Masya Allah.
Lalu siapa yang bodoh ???.
Minyak mentah dari kita, mereka hanya mengolahnya, lalu
menjualnya kembali ke kita dengan harga yang berlipat, sementara Negara kita
dengan Sumber Daya Alam nya yang luar biasa, kurang bisa memanfaatkan dengan maksimal untuk
kepentingan dan kesejahteraan rakyat nya……
Di Negara kita, subsidi BBM, hanya di nikmati oleh
segelintir orang, yang memiliki kendaraan pribadi, bahkan banyak yang lebih
dari satu kendaraan, tetapi tetap dengan fasilitas subsidi BBM dari Negara.
Subsidi yang kurang tepat sasaran. Seharusnya, Negara kita bisa mempunyai
keberanian dan kekuatan untuk menghapus subsidi BBm dengan mengalihkannya pada
Pendidikan GRATIS serta penanganan Kesehatan GRATIS, demi kesejahteraan Warna
Negara nya.
Ada 7 (Tujuh) Negara Asean yang berani tidak memberikan
subsidi BBM pada Warga Negara nya, tetapi dialihkan untuk kesejahteraan dalam
bentuk lainnya. Sehingga mengajarkan Masyarakatnya untuk tidak konsumtif pada
pemakaian BBM, yaitu, Myanmar, Thailand, Filipina, Laos Kamboja, Vietnam dan
Singapore (Sumber : Detik-Finance, Jum’at 28/06/2013, Judul Berita : 7 Negara
Tetangga Yang Berani Tidak Beri Subsidi Pada Masyarakatnya).
Pemakaian BBM di Negara kita sangat konsumtif. Tiap hari
butuh 1,5 Juta Kiloliter (KL) untuk memenuhi kebutuhan di Dalam Negeri.
Sementara produksi Minyak Mentah kita semakin tahun semakin menurun.
Produksinya hanya 650,000 barel per-hari. Import BBM perharinya mencapai
800,000 sampai 900,000 barel per-hari-nya. (Sumber : Detik-Finance, jum’at
28/06/2013, Judul Berita : Tiap hari RI Import BBM 800,000 - 900,000 Barel) Dan kebutuhan
ini akan terus meningkat seiring dengan tidak adanya regulasi dan pembatasan
kepemilikan kendaraan…..
Semoga di era yang baru, dengan pemimpin yang baru nanti, Negara kita akan menjadi Negara yang Makmur, Negara Adidaya, dengan mengajarkan pada masyarakatnya untuk tidak konsumtif terhadap sumber Daya Alam yang tidak tergantikan seperti BBM ini...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar