Tanggal 30 (Hari Minggu) dan tanggal 31 Maret 2014 (Tahun
Baru Saka – Nyepi), kantor kami libur. Saya tetap di Batam, tidak bisa pulang
ke Jakarta untuk kumpul dengan keluarga, karena keesokkan harinya, tanggal 01
sampai 03 April 2014 ada Training Internal QHSE Audit di kantor kami.
Untuk mengatasi kekosongan liburan 2 hari ini, maka saya putuskan
untuk jalan-jalan menyeberang ke Tanjung Pinang (Ibukota Propinsi Kepulauan
Riau) sendirian. Dan sekalian mengunjungi Pulau penyengat. Saya tertarik
mengunjungi Pulau Penyengat karena mendengar cerita dari teman-teman yang asli
penduduk Batam, serta semakin tertarik setelah membaca “Wikipedia”
Menurut
Wikipedia,” Pulau Penyengat atau Pulau Penyengat Inderasakti
dalam sebutan sumber-sumber sejarah, adalah sebuah Pulau kecil yang berjarak
kurang lebih 3 km dari Kota Tanjungpinang, pusat pemerintahan Provinsi
Kepulauan Riau. Pulau ini berukuran kurang lebih 2.500 meter x 750 meter, dan
berjarak lebih kurang 35 km dari Pulau Batam. Pulau ini dapat dituju dengan
menggunakan perahu bot atau lebih dikenal bot pompong. Dengan menggunakan bot
pompong, memerlukan waktu tempuh kurang lebih 15 menit.Pulau Penyengat merupakan salah satu obyek wisata di Kepulauan Riau. Salah satu objek yang bisa kita liat adalah Masjid Raya Sultan Riau yang terbuat dari putih telur, makam-makam para raja, makam dari pahlawan nasional Raja Ali Haji, kompleks Istana Kantor dan benteng pertahanan di Bukit Kursi. Pulau penyengat dan komplek istana di Pulau Penyengat telah dicalonkan ke UNESCO untuk dijadikan salah satu Situs Warisan Dunia.”
Masih menurut
Wikipedia, “Pada abad ke-18, Raja Haji membangun sebuah benteng di Pulau
Penyengat, benteng tersebut tepatnya berada di Bukit Kursi, disana ditempatkan
beberapa meriam sebagai basis pertahanan Bintan Ia menguasai wilayah istrinya
Raja Hamidah tahun 1804. Anaknya kemudian memerintah seluruh kepulauan Riau
dari Pulau Penyengat. Sementara itu, saudara laki-lakinya memerintah di Pulau
Lingga di sebelah selatan dan mendirikan Kesultanan Lingga-Riau.”
Setelah membaca
Wikipedia, saya semakin tertarik untuk mengunjungi obyek wisata tersebut.
Sehingga hari sabtu, tanggal 29/03/2014, saya putuskan untuk booking Hotel di
Aston Tanjung Pinang untuk tanggal 30-31 Maret 2014.
Tanggal
30/03/2014 pagi, diantar oleh teman, saya menuju Pelabuhan Punggur. Membeli
tiket penyeberangan sebesar Rp. 55,000 per-orang ditambah membayar pas sebesar
Rp. 5,000 per-orang. Dengan kapal ferry Marina-5, dengan kapasitas sekitar 150
penumpang, saya berangkat ke Tanjung Pinang. Di Ferry penumpang cukup padat,
karena selain hari Minggu juga karena ada 1 hari libur nasional (Tahun Baru
Saka – Nyepi). Butuh waktu sekitar +/- 55 Menit, saya mendarat di Pelabuhan
Tanjung Pinang. Lalu setelah bertanya, saya putuskan untuk langsung menyebrang
ke Pulau penyengat, yang pelabuhan tradisional bersebelahan dengan Pelabuhan
Tanjung Pinang. Dengan ongkos sebesar Rp. 6,000 per-orang, saya naik perahu pompon
untuk menyeberang ke Pulau tersebut.
Setelah sampai,
saya mencari ojek sepeda motor dengan kursi di samping, untuk membantu saya
sebagai guide (Pemandu Wisata) untuk berkeliling di Pulau tersebut dengan biaya
Rp. 30,000 sekali keliling.
Sangat
disayangkan, Pulau yang sebagai Situs Warisan Budaya Dunia tersebut, terkesan
sangat kumuh dan kotor. Banyak sampah di laut sepanjang perjalanan dari Pulau
Tanjung Pinang ke Pulau Penyengat. Saya cukup kecewa melihat nya……….. Saya
berharap Pemerintah Daerah bisa menertibkan dan merapikan nya, dengan memasang
plang-plang, atau spanduk larangan membuang sampah sembarangan, serta
menyediakan fasilitas untuk tempat-tempat membuang sampah sebanyak mungkin. Karena siapa
lagi yang bisa menjaga kebersihannya selain oleh kita-kita juga, sebagai anak
Bangsa.
Setelah puas di
pulau penyengat, saya kembali ke Pulau Tanjung Pinang dan check-in di Hotel Aston
Tanjung Pinang, yang ternyata jaraknya cukup jauh dari Pelabuhan. Kesan saya
terhadap Ibukota Propinsi Kepulauan Riau ini, adalah jauh dari keramaian,
bahkan terkesan sangat sepi. Jauh lebih ramai di kota Batam…..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar