Saya sedang dalam penugasan dari kantor di Duri - Riau, tetapi saya selalu kesulitan dalam mencari aktifitas di hari libur, seperti sabtu-minggu. Karena Duri adalah kota kecil, Kota kecamatan. Maka sekedar utk mengisi waktu luang, saya merencanakan perjalanan ke Malaysia sebagai backpacker (turis berjimat, kata orang malaysia). Setelah maju - mundur, apakah saya jadi berangkat atau tidak ke malaysia, akhirnya tgl 23/09/11 saya putuskan utk berangkat. Sepulang bekerja, hari jum'at, saya ke Al-husna tour & travel yg berlokasi di jalan sudirman, kantornya persis di bawah Masjid Jami (Masjidnya berada di lantai 2). Saya melakukan pembayaran tiket Dumai-Malaka PP seharga Rp. 470.000.- serta biaya antar-jemput Duri - Dumai PP sebesar Rp. 80.000.-
Pagi tgl 24/09/11 pukul 08.00 WIB, saya di jemput oleh pak riri (pemilik tour & travel) menuju ke Dumai, pukul 10.30 WIB sampailah saya di pelabuhan Dumai. Selesai penge-check-an ke imigrasian, langsung saya naik ferry Dumai - Malaka. Seperti pada umumnya kapal / ferry di Indonesia yang tidak terurus dan cenderung kumuh, kapal Ferry Indomall yg melayani rute Dumai-Malaka dan Dumai - Port Klang, relatif bersih, ber-AC dan ada hiburan Film melalui layar monitor TV yg dipasang terbalik. Di dalam perjalanan, crew ferry indomall membagikan Aqua dan bihun goreng dlm box steroform, perjalanan ferry dari Dumai ke Malaka, sekitar 3 Jam.
Setelah sampai di pelabuhan Malaka, dan proses immigration check nya selesai, saya langsung menuju Taman tamiang sari dengan jalan kaki. Lalu jalan-jalan menuju "Dataran Pahlawan Malaka MegaMall" dan "Mahkota Parade Mall". Suasana kota ??? Hmmmm sama aja dengan di kota-kota besar di Indonesia. Kemudian saya makan di resto Minang. Lalu dengan berjalan kaki juga, saya mencari hotel yang banyak bertebaran di kota Malaka. Akhirnya pilihan saya jatuh pada Hotel Best One, tempat nya sangat bersih, karena standard room full, saya ambil yg twin bed room seharga 125 Ringgit Malaysia ( 1 Ringgit = Rp. 2.884 ). Sengaja saya memilih hotel ini, juga karena banyak hiburan di depan hotel, seperti "Station 1 cafe" yg ada live music nya.
Selesai mandi, saya jalan-2 kembali ke Hatten Square yg sedang ada pameran mobil, lalu makan malam di "Mahkota Parade Mall", karena masih kenyang, akhirnya saya makan di KFC .....
Oh ya, sesampainya di Port malaka, saya sama sekali belum memegang ringgit Malaysia. Banyak yg menawarkan di ferry, tapi saya tidak berminat. Saya tukar rupiah dengan ringgit di Money changer yg ada di "Dataran pahlawan megamall".
Selesai makan, saya jalan-2 kembali sambil membeli cemilan utk di hotel. Lalu saya kembali ke hotel utk menyimpan makanan kecil tersebut.
Saya kembali jalan-jalan, dan pilihan saya utk nongkrong di "Station 1 cafe" yang persis di depan hotel. Saya minum Hot Cappucino dan Teh Manis Panas, sampai larut malan, sambil mendengar live music. Setelah lelah, saya kembali ke hotel utk istirahat.
Pagi tgl 25/09/11, saya bangun pukul 05.00 pagi, pukul 06.00 waktu malay. Cuaca sangat mendung. Selesai mandi dan rapih-2, saya siap-siap menuju ke Port Malaka, karena ferry Malaka-Dumai pukul 09.00.
Selesai check-out di hotel, dan mengambil deposit, saya jalan kaki menuju pelabuhan, saya tidak ingin naik taksi, karena memang niat nya ingin jalan-jalan. Sayang, begitu 100 meter keluar dari hotel, hujan turun dengan deras nya.
Saya berteduh di selaras pertokoan di sepanjang jalan melaka raya. Pusat-pusat pertokoan masih terlelap dalam tidur & dinginnya pagi.
Sesampai di pelabuhan, hujan masih deras, tetapi sudah banyak yang datang.
Saya daftar kembali di loket Ferry indomall, sekalian membayar port-tax sebesar 9 ringgit. Menunggu sebentar, lalu check di bagian immigration, langsung naik ferry. Ternyata keberangkatan ferry pukul 10.00 waktu malaysia, atau pukul 09.00 waktu indonesia.
Di ferry ??? Tiduuuuuuurrrr...
Oh iya, ferry Dumai-Malaka-Dumai selalu penuh (satu hari, satu trip), karena, penduduk Indonesia yg tinggal di Duri, Dumai dan sekitar nya, jika sakit, memang memilih ke malaka dibanding ke Jakarta. Selain transport nya yg lebih murah, juga jaraknya yg sangat jauh apabila ke jakarta (harus ke Pekanbaru ± perjalanan 4 jam dari Duri, lalu naik pesawat ke Jakarta).
Di Malaka ada rumah sakit besar yg terkenal bagus yaitu RS Mahkota Medical center & RS Putra Specialist. Menurut penduduk Malaka, penyebab banyaknya hotel, hostel, wisma dan rumah singgah di Malaka, karena banyak nya warga kita yg berobat ke RS tersebut. Keluarga yg mengantar pasien, pasti tidur di hotel, hostel, wisma dan rumah singgah yg ada di sekitar Rumah Sakit.
Pertanyaan yang menggelitik di benak saya, berapa banyak uang yg mengalir ke negara Malaysia, untuk masyarakat yangberobat ????. Sangat disayangkan, pemerintah kita tidak tanggap terhadap hal tersebut, khususnya Pemerintah Daerah di Kabupaten Bengkalis.
Padahal Kabupaten Bengkalis (termasuk didalamnya, Duri dan Dumai) adalah Kabupaten terkaya nomor 2 di indonesia, setelah Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), karena kaya dengan hasil minyak mentah bumi (konon yg terbaik utk jenis Crude Oil) nya, maupun minyak sawit nya. Apa sulitnya membangun Rumah sakit yg besar & berkualitas seperti yg di Malaka ???? Entahlah......
Perjalanan ferry dari Malaka ke Dumai, saya saksikan, banyak sekali penumpang yg menenteng Map hasil Rontgen X-ray films. Yang menunjukkan, bahwa mereka atau kerabat nya, memang baru selesai berobat di Malaka.... Ironis, berapa devisa dan uang yg mengalir ke Malay, hanya karena kita tidak mempunyai Rumah Sakit yg baik, yg seharusnya bisa di akomodasi oleh Pemda Kabupaten Bengkalis....ironis memang.
Akhirnya, ferry berlabuh di pelabuhan Dumai. Penumpang diminta Antri untuk men-cap passport diatas kapal, karena katanya di pelabuhan Dumai tidak ada pemeriksaan & pen-cap-an passport. Hmmmmm.......
Di Malay, immigration check nya begitu bagus, tertib, dan dilakukan di pelabuhan, proses identifikasi sidik jadi dilakukan ketika datang dan pulang. Di Negara kita sendiri ??? Begitu bebasnya orang asing keluar masuk, tanpa ada administrasi yg baik........ Lagi-lagi ironis.....
Setuju,Pak ... tapi rumah sakitnya juga ada fasilitas untuk orang tak mampu, kalau bisa free untuk orang miskin dan yang kaya nggak boleh iri ..:)
BalasHapusBetul Mas sigit. Ada subsidi silang diantara yg mampu dan yang tidak mampu. tetapi penanganannya tetap harus profesional dan berkelas. tidak ada pembedaan.
BalasHapusNegara kita adalah negara yang kaya, seharusnya "Pendididkan dan Kesehatan" bisa di gratiskan.
Semoga fihak-fihak terkait membacanya...
Terima kasih, Pak..minta izin kulink blog bapak, biar dunia global membacanya..asyik punya bapak banyak ilmunya ...
BalasHapusselalu miris Pak kalo membandingkan indonesia dgn malaysia....palagi kalau naik pesawat dr pekanbaru...cuma beda kurleb 45 menit...lsg disajikan pemandangan yang sangat berbeda.sama2 melayu...makanan pokok nasi...tp kenapa bs begitu berbeda..
BalasHapusSalam pak... aku orang melaka asli tp sdh menetap di Jakarta. Sy pengen ban get membuat perjalanan Jakarta - dumai - melaka. Jika Dari jkt ke dumai ada pesawat gak? Kalau ngga. Kira kira naik bis ribet gak sih?
BalasHapusSalam pak... aku orang melaka asli tp sdh menetap di Jakarta. Sy pengen ban get membuat perjalanan Jakarta - dumai - melaka. Jika Dari jkt ke dumai ada pesawat gak? Kalau ngga. Kira kira naik bis ribet gak sih?
BalasHapus